Adibhasan's Blog

Just another WordPress.com site

BERHIJRAH – BERKOMUNITAS – BERDAKWAH


Pemuda hijrah menjadi fenomena yang tidak bisa kita abaikan saat ini. Jika dulu pengajian-pengajian agama hanya dihadiri oleh kaum yang sudah berumur, saat ini pengajian justru ramai dihadiri oleh kaum-kaum muda. Yang cukup mencengangkan, ternyata kebanyakan pemuda-pemudi tersebut bukan berasal dari kalangan anak-anak santri yang memang sudah ditanamkan pendidikan agama sendari kecilnya. Tapi justru kesadaran akan agama muncul setelah mereka cukup dewasa.

Barangkali inilah yang disebut dengan hidayah. Hidayah untuk berubah, hidayah untuk berhijrah, dan hidayah untuk lebih mendalami ilmu agama. Dari pengalaman yang penulis temukan dilapangan, penulis menyadari bahwa untuk sampai datangnya hidayah itu banyak faktor yang melatarbelakanginya atau bisa juga dikatakan ada faktor yang memicunya. Sebagai contoh adalah pengalaman penulis sendiri. Penulis dulu tidak memprioritaskan pelajaran-pelajaran agama. Namun, setelah menemukan teman diskusi yang membahas hal-hal terkait agama, saat itu lah penulis baru benar-benar mendalami ilmu agama secara lebih (berhijrah).

Dalam proses hijrah, penulis mengikuti sebuah akademi yang diadakan di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Di sinilah penulis merasa tidak sendirian dalam arti ada teman-teman yang berada pada proses yang sama. Di sini pula penulis menemukan berbagai alasan yang melatarbelakangi proses tersebut. Namun kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang merasa lelah, jenuh, dan jengah dengan kehidupan materialistik dan keduniawian semata. Mereka ingin berubah bagi diri mereka sendiri, bahkan jika memungkinkan bagi orang sekitar.

Berkomunitas

Salah satu Tombo Ati, seperti yang ada dalam lagunya Opick, adalah berkumpul dengan orang-orang shaleh. Bisa dikatakan bahwa orang yang dalam proses hijrah adalah orang yang hatinya berada dalam kegelisahan, atau bahasa kekiniannya galau. Mereka dalam proses ingin tahu mengenai agama, sementara lingkungan yang mereka tinggalkan tidak menyediakan sarana tersebut. Karena itu mereka perlu sebuah wadah untuk memfasilitasi tersebut. Wadah tempat mereka bisa mendalami ilmu dan wadah tempat dimana mereka tetap bisa mengekspresikan diri mereka masing-masing. Sehingga bermunculanlah komunitas-komunitas yang tumbuh berdasarkan hobi maupun profesi. Sebut saja Muslim Designer Community, Komunitas Pendaki Muslim, Komunitas Muslim Biker Indonesia, dsb. Ada juga komunitas yang berfokus pada amalan syariah tertentu, seperti Peduli Jilbab, One Day One Juz, Sedekah Harian, dsb.

Melalui berkomuninas ini terjalinlah ukhuwah antar sesama yang memungkinkan untuk memunculkan ide dan cita yang sama di dalam intern komunitas. Bahkan untuk beberapa topik atau persoalan tertentu, komunitas-komunitas ini mampu bersinergi untuk bergerak bersama, contoh kongkritnya adalah saat kepedulian terhadap bencana dan kemanusiaan.

Berdakwah

Banyak sekali pemuda dan remaja, bahkan penulis sendiri dulunya, menganggap bahwa berdakwah itu adalah berdiri khutbah di depan umum. Jika ini standarnya, maka tidak akan banyak yang mamp. Namun ternyata penulis salah. Dakwah itu esensinya adalah mengajak. Mengajak kepada syariah yang baik dan benar. Dan yang terpenting adalah orang yang berperan dalam memfasilitasi terwujudnya dakwah tersebut, juga termasuk berdakwah. Seperti peran anjing dalam kisah Ashabul Kahfi. Keberadaan anjing bagi tujuh pemuda dalam kisah tersebut, telah menyebabkannya dicatatkan dalam Al –Qur’an. Sehingga saat pemuda-pemuda hijrah yang berada dalam sebuah komunitas dakwah, maka saat itu juga dia telah berdakwah.

Pemuda Hijrah dan Generasi M

Pada Tabloid Al Hikmah edisi Desember 2017 yang lalu, mengangkat tema tentang Generasi M Indonesia. Penulis yakin sedikit banyak hal ini tentunya berkaitan erat dengan fenomena pemuda hijrah ini.

Tantangan

Apakah kamu mengira kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?. (Qs. Al Baqarah 214)

Seyogyanya penggalan ayat di atas cukup menggambarkan bahwa perjalanan hijrah itu tidak mudah, terdapat banyak halangan dan rintangannya. Sehingga perlu ditemukan solusi terbaiknya. Tantangan besar yang pertama adalah hal yang terkait diri sendiri, yakni ke-istiqomah-an. Solusi terbainya adalah tetap menjaga kedekatan dengan Allah Subhanallahu Wata’ala, karena iman kita meningkat hanya saat dengan Allah. Cara berikutnya adalah berkominitas, karena dengan berkumunitas, maka akan ada teman yang selalu mengingatkan satu sama lainnya.

Tantangan besar berikutnya adalah tantangan dalam komunitas itu sendiri. Berada dalam komunitas dengan individu yang memiliki latar belakang yang berbeda sering kali menimbulkan perbedaan pendapat yang bisa menimbulkan konflik. Hal ini biasanya disebabkan oleh dua faktor, pertama adalah kebiasaan individu yang dibawa ke komunitas baru dan kedua adalah tingkat pemahaman agama yang berbeda. Contoh sederhananya tingkat bercanda dalam forum diskusi komunitas dan bagaimana menyikapinya. Terhadap hal ini, solusinya adalah tabayyun (saling cross check) dan bila perlu menghadirkan pembimbing, ustad, atau ahli ilmu lainnya jika tidak bisa diselesaikan secara internal.

Terakhir, terhadap teman-teman yang sedang dalam proses hijrah, tetap istiqomahlah dan tetap sebarkan kebaikan kepada lingkungan sekitar.

January 11, 2018 - Posted by | Uncategorized

No comments yet.

Leave a comment